Senin, 23 Februari 2015

CURVA SUD SHOP SINCE 2012



                Curva Sud Shop biasa disingkat CSS / CSShop yang berdiri sejak tahun 2012 merupakan outlet merchandise resmi Brigata Curva Sud. Outlet yang berada di komplek Ruko Delima ini menjual berbagai perlengkapan original Brigata Curva Sud. Di CSS dijual berbagai macam perlengkapan Brigata Curva Sud ketika mendukung klub kesayangannya, seperti kaos, jaket, syal, slayer dan berbagai perlengkapan lainnya. Keuntungan yang didapat oleh CSS beberapa akan disumbangkan untuk PSS Sleman.

beberapa cotoh barang yang di jual di CSS:

picasion.com 23ZQN


untuk lihat  barang yang ready stock coba langsung cek  twitter apa Fans Page 

Twitter    @CS_SHOP1976 
    fanspage  CURVA SUD SHOP 1976



ALAMAT KAMI : KOMPLEKS RUKO DELIMA NO 1, JALAN DELIMA RAYA LELES, CONDONG CATUR, DEPOK, SLEMAN , YOGYAKARTA, INDONESIA PHONE : 0856 293 6968

MANDIRI MENGHIDUPI

Minggu, 22 Februari 2015

BRIGATA CURVA SUD 1976

Brigata Curva Sud bermarkas di tribun selatan Stadion Maguwoharjo yang juga dipakai sebagai nama komunitas tersebut "Curva Sud". Brigata Curva Sud berbeda dengan suporter sepakbolaIndonesia pada umumnya, mereka memiliki cara unik tersendiri untuk mendukung tim kesayangannya PSS Sleman. Salah satunya, melakukan koreografi disaat pertandingan berlangsung seperti ultras-ultras di Italiapada umumnya. Brigata Curva Sud mewajibkan anggotanya untuk bersepatu dan berpakaian rapi disaat mendukung tim kebanggaan mereka PSS Sleman.

Saat mendukung PSS Sleman, mereka bernyanyi tanpa henti selama 2x45 menit dan uniknya mereka tidak pernah menyanyikan chant yang berbau rasis seperti kebanyakan suporter sepakbola di Indonesia. Chant mereka pun berbeda dengan suporter Indonesia kebanyakan, Brigata Curva Sud menyanyikan lagu yang masih asing bagi telinga awam penikmat sepakbola Indonesia karena liriknya pun yang terkadang menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Italia.

Brigata Curva Sud tidak mengenal struktur kepengurusan dan juga pemimpin seperti dalam mottonya "No Leader Just Together", hal ini dimaksudkan agar seluruh anggota mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam setiap pengambilan keputusan dan melaksanakan kebijakan yang telah disepakati. Tanpa kepengurusan, BCS bukan berarti liar tak terkendali. BCS memiliki cara sendiri untuk menjaga etika dalam memberikan dukungan kepada klub PSS Sleman. Brigata Curva Sud terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan puluhan hingga ratusan, dalam kelompok-kelompok tersebut diorganisir oleh satu koordinator yang telah ditunjuk oleh kelompoknya. Dalam mengambil kebijakan, koordinator-koordinator komunitas tersebut berkumpul untuk membahas persoalan yang ada sehingga mencapai kesepakatan bersama. Setelah mendapat kesepakatan, koordinator menyampaikannya ke anggota komunitasnya. Selain itu, Brigata Curva Sud juga sangat menjunjung tinggi kebersamaan dan kekeluargaan. 

Selain anggota Brigata Curva Sud yang mayoritas adalah kaum laki-laki, terdapat pula pendukung perempuan yang tergabung dalam subgrup dengan sebutan Ladies Curva Sud atau disingkat LCS. Mereka memiliki latar belakang yang berbeda-beda mulai dari pelajar, mahasiswi, wanita karir, hingga ibu rumah tangga sekalipun.

Loyalitas Brigata Curva Sud terhadap tim kesayangannya terbukti dengan mewajibkan anggota komunitasnya membeli tiket untuk menonton pertandingan PSS Sleman. Sehingga tercipta istilah "No Ticket, No Game", hal tersebut mengakibatkan peningkatan pendapatan PSS Sleman yang sangat besar pada laga kandang mereka.

Kesetian para anggota Brigata Curva Sud yang selalu memegang teguh prinsip "Ora Muntir" yang berarti tidak takut apapun, selalu diaplikasikan dalam kehidupan seorang Ultras, misalnya:
  • Mereka membeli tiket masuk stadion. Brigata Curva Sud turut serta sebagai pelopor dalam mengkampanyekan kebiasaan membeli tiket untuk pertandingan PSS Sleman. Sehingga seluruh pendukung PSS Sleman (Sleman Fans) baik Brigata Curva Sud, Slemania, dan penonton umum selalu memegang prinsip "No Ticket, No Game". Bahkan BCS rela menyisihkan dana tambahan selain tiket untuk keperluan Dana Kreativitas.
  • Bernyanyi selama pertandingan berlangsung (90 Menit) tanpa henti. Terkadang suporter lain hanya bisa mencaci ketika klubnya ketinggalan ataupun kalah, tetapi tidak begitu dengan Brigata Curva Sud yang selalu berteriak lantang ketika klubnya kalah karena disaat seperti itu pemain lebih membutuhkan dukungan, bukan cacian. Mereka terus bernyanyi walau pertandingan berakhir dengan kekalahan.
  • Melakukan Koreografi. Ada yang berbeda di tribun yang di tempati Brigata Curva Sud ketika setiap menjelang dimulainya pertandingan babak kedua. Setiap orang membawa satu kertas bewarna yang tidak semuanya sama. Ketika peluit babak kedua ditiup, mereka mulai bernyanyi dan mengangkat kertas yang mereka bawa. Setelah diangkat ternyata membentuk suatu koreografi yang bisa dikatakan bagus. Ya inilah salah satu gebrakan baru yang dilakukan oleh Brigata Curva Sud ketika mendukung klub kebanggaannya, yaitu dengan melakukan koreografi menggunakan kertas. Koreografi yang mereka lakukan tidak hanya mampu melecut semangat pemain yang sedang bermain, tetapi juga mampu menghibur penonton lain yang ada di dalam stadion.
  • Mampu Membantu Keuangan Klub. Seperti suporter-suporter di luar negeri yang mampu menghidupi klub kebanggaannya, Brigata Curva Sud berusaha untuk mampu memberikan dukungan tehadap klub kebanggaannya dengan membantu keuangan klubnya. Saat ini banyak klub-klub di Indonesia yang tidak mampu membayar pemainnya yang sudah dikontrak. Seperti halnya kasus pemain yang sakit dan tidak bisa membayar biaya pengobatannya karena tunggakan gaji yang belum terbayarkan hingga akhirnya meninggal dunia. Hal seperti ini yang dihindari oleh Suporter PSS Sleman (Sleman Fans). Ketika suporter lain berusaha masuk ke dalam stadion dengan gratis, tidak begitu dengan mereka. Mereka membeli tiket karena itulah salah satu pemasukan terbesar dari klub kebanggaannya. Dengan membeli tiket maka mereka berpartisipasi dalam menghidupi klub kebanggaan warga Sleman.
Brigata Curva Sud menunjukkan konstribusi kepada tim kebanggaannya PSS Sleman dengan memiliki beberapa usaha yang beberapa persen royaltinya akan digunakan sebagai dana sponsor untuk tim kesebelasan PSS Sleman. Beberapa usaha Brigata Curva Sud diantaranya adalah Curva Sud Shop dan Curva Sud Market.

Curva Sud Shop biasa disingkat CSS / CSShop yang berdiri sejak tahun 2012 merupakan outlet merchandise resmi Brigata Curva Sud. Outlet yang berada di komplek Ruko Delima ini menjual berbagai perlengkapan original Brigata Curva Sud. Di CSS dijual berbagai macam perlengkapan Brigata Curva Sud ketika mendukung klub kesayangannya, seperti kaos, jaket, syal, slayer dan berbagai perlengkapan lainnya. Keuntungan yang didapat oleh CSS beberapa akan disumbangkan untuk PSS Sleman.

Curva Sud Mart atau CSMart semacam toko kelontong perlengkapan suporter, merupakan unit usaha baru milik komunitas suporter Brigata Curva Sud yang didirikan pada awal Juni 2013. Toko ini berada persis di depan Curva Sud Shop.

TIM PSS SLEMAN 1976


Perserikatan Sepak bola Sleman (biasa disingkat: PSS) merupakan sebuah tim sepak bola yang berbasis diKabupaten SlemanDaerah Istimewa YogyakartaIndonesia. Tim yang didirikan pada 20 Mei 1976 ini merupakan salah satu tim sepak bola yang disegani di Indonesia dan memiliki julukan sebagai tim Super Elang Jawa atauSuper Elja. Tim ini juga sering disebut dengan julukan Laskar Sembada. Mereka bermain di Divisi Utama dalam sebuah kompetisi sepak bola IndonesiaLiga Indonesia. Prestasi tertingginya dalam kompetisi kasta tertinggi Liga Indonesia adalah dua tahun berturut-turut menempati empat besar pada Divisi Utama Liga Indonesia 2003 danDivisi Utama Liga Indonesia 2004. Stadion utama mereka adalah Stadion Maguwoharjo, dan menggunakanStadion Tridadi sebagai stadion kedua. PSS juga memiliki supporter fanatik yakni Slemania dan Brigata Curva Sud(BCS x PSS).


Sejarah[sunting | sunting sumber]

Perserikatan Sepak bola Sleman (PSS) lahir pada Kamis Kliwon tanggal 20 Mei 1976 semasa periode kepemimpinan Bupati Drs. KRT. Suyoto Projosuyoto. Lima tokoh yang membidani kelahiran PSS adalah H. Suryo Saryono, Sugiarto SY, Subardi, Sudarsono KH, dan Hartadi. PSS didirikan pada awalnya hanya mereka senang dengan sepak bola. Dengan sepak bola mereka yakin akan menambah teman, meningkatkan persaudaraan dan tentu saja dengan sendirinya meningkatkan persatuan dan kesatuan masyarakat Kabupaten Sleman. Lahirnya PSS dilatarbelakangi bahwa pada waktu itu di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) baru ada dua perserikatan yaituPSIM Yogyakarta dan Persiba Bantul. Waktu berdirinya PSS hampir bersamaan dengan saat berdirinya PersikupKulon Progo dan Persig Gunungkidul. Saat itu, selain di Kota Yogyakarta, potensi sepak bola di empat daerah kabupaten tidak terpantau dan kurang terkelola dengan baik. Padahal beberapa daerah di Kabupaten Sleman, seperti Prambanan, Sleman dan Kalasan, Sleman sejak dulu sudah memiliki tim sepak bola yang tangguh, yang ditandai dengan hadirnya beberapa tim luar daerah yang mengadakan pertandingan uji coba dengan tim di kawasan tersebut. Meskipun klub-klub sepak bola di Kabupaten Sleman telah ada dan tumbuh, tetapi belum terorganisasi dengan baik karena di Kabupaten Sleman belum ada perserikatan. Hal ini berdampak terhadap kelancaran klub-klub sepak bola di Kabupaten Sleman dalam mengadakan kompetisi sehingga banyak pemain dari Kabupaten Sleman yang bergabung ke klub-klub sepak bola di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
Keinginan masyarakat yang kuat di Kabupaten Sleman untuk memiliki perserikatan klub sepak bola akhirnya mulai terwujud dengan adanya informasi yang disampaikan oleh Komda PSSI DIY pada waktu itu (Prof. Dr. Sardjono) yang menyatakan bahwa syarat untuk membentuk perserikatan sepak bola minimal harus ada lima klub. Di Kabupaten Sleman pada waktu itu sudah ada lima klub yaitu PS Mlati, AMS Seyegan, PSK Kalasan, Godean Putra dan PSKS Sleman. Akhirnya, tepat pada tanggal 20 Mei 1976, PSS dibentuk dengan Ketua Umum Gafar Anwar (seorang polisi).
Setelah Gafar Anwar meninggal, posisi Ketua Umum PSS digantikan Oleh Drs. Suyadi sampai dengan 1983. Periode 1983-1985, PSS dipimpin oleh Drs. R. Subardi Pd (Drs. KRT. Sosro Hadiningrat). Periode 1986-1989, PSS dipimpin oleh Letkol Infanteri Suhartono. Karena ada perubahan masa bakti/periodisasi dalam memimpin klub perserikatan yang dilakukan oleh PSSI menjadi empat tahunan maka di tengah perjalanan periode Letkol Infanteri Suhartono tepatnya tahun 1987, Letkol Infanteri Suhartono masih dipilih lagi sebagai Ketua Umum PSS untuk masa jabatan 1987-1991. Kemudian pada periode 1991-1995, PSS dipimpin oleh H. RM. Tirun Marwito, S.H. Mulai periode 1996-2000, PSS dipimpin langsung oleh bupati, pada waktu itu Drs. H. Arifin Ilyas. Selanjutnya tahun2000-2004, PSS dipimpin oleh Bupati Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt. Jabatan Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt dalam memimpin PSS yang berarkhir pada tahun 2004diperpanjang mulai 2005, banyak nama yang membesarkan PSS, di antaranya Sudarsono KH, H. Sukidi Cakrasuwignya, Suparlan, H. Subardi, S.H., Hendricus Mulyono, Drs. H. Arifin Ilyas, Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt dll.
Saat ini PSS memutuskan menggunakan nama Persatuan Sepak bola Sleman dalam profil timnya berkaitan dengan pajak sponsorship. Nama persatuan hanya dipakai dalam media massa dan komunikasi bisnis saja. Sedangkan nama perserikatan tetap dalam sejarah pendirian.Nama perserikatan tidak diperbolehkan dalam segmen bisnis modern dalam penerimaan sponsorship.

STADION MAGUOHARJO


Stadion Maguwoharjo adalah sebuah stadion sepak bola di Kabupaten SlemanDI Yogyakarta, yang juga merupakan markas klub sepak bola PSS Sleman. Stadion ini dibangun pada tahun 2005 dan mengalami pembenahan pada tahun 2007 akibat dari gempa bumi yang terjadi pada 27 Mei 2006. Stadion Maguwoharjomemiliki kapasitas 40.000 tempat duduk. Stadion ini memiliki tipe Stadion Sepak bolaModern dengan konsep “MiniSan Siro” dengan ciri khas menara yang terletak di empat penjuru stadion dengan tangga berputarnya. Seperti halnya stadion-stadion modern lain di Eropa terutama di Inggris stadion ini tidak memiliki lintasan atletik sehingga penonton akan lebih nyaman dalam menyaksikan pertandingan.

Stadion yang kabarnya dibangun dengan biaya kurang lebih Rp 100 miliar. Hingga saat ini, [[Stadion Maguwoharjo]] sudah dilengkapi dengan fasilitas lampu stadion. Sebenarnya pemasangan lampu sudah direncanakan dan dana pun sudah disiapkan oleh pemerintah daerah. Namun, karena adanya bencana gunung merapi yang menimpa Kabupaten Sleman dan sekitarnya, dana yang sedianya digunakan untuk memasang lampu pada stadion dialihkan untuk dana tanggap bencana. Rencana tersebut akhirnya terlaksana pada awal [[Januari 2013]], lampu stadion sudah dipasang disisi timur dan barat sebanyak masing-masing 72 buah.

Fasilitas yang tersedia antara lain:
  • Ruang Ganti Pemain
  • Base Pemain
  • Kamar tidur pemain/Apartement mini
  • Jenis [[Rumput]] : Zoysia Matrelia Linmer
  • Lampu : 1.200 luks (144 buah)
  • Kapasitas [[Tribun]] : 40.000 [[penonton]]
  • 4 Tribun (Tribun biru/VIP/VVIP, Tribun Merah/Timur, Tribun Hijau/Utara, Tribun Kuning/Selatan)
  • Papan Skor Elektronik (electronic scoreboard).
  • 4 Buah Loket
  • 1 Buah Kantin
  • 8 toilet (40 Kamar toilet dan 24 wastafel)
  • Aula Stadion
  • Ruko-Ruko/Ruang Kantor

Pernah Di gunakan untuk Pertandingan:
  • Indonesia U-23 2 vs 0 Malaysia U-20
  • Opening DU LPIS 2012/2013
  • Indonesia 0 vs 0 yaman